sabato, aprile 23, 2005

Dinda Yang Satu

dalam keheningan malam,
dalam kekalutan kota,
sekilas pandang celikan mata,
kutangkap wajah embun permata,
pabila sejuk berubah suam,
terungkaplah senyuman salam
dinda yang satu

dalam terangan bayang,
dalam bayangan cerah,
mulanya kita berwayang,
suka menjadi sayang,
perit bertukar parah,
tersimpulnya kelembutan pasrah
dinda yang satu

dalam gamelan emosi,
dalam gambaran sendiri,
sempurna sudut dan sisi
secocok kuku dan isi,
lemasnya kanda dalam puisi
lubuk kedalaman kasih,
dinda yang satu

dalam kelajuan masa,
dalam kelekaan manusia,
tenggelamlah kita berdua,
berlalu begitu sahaja
kisah cinta sementara,
setidak-tidaknya pernah bersama,
pernah mengenal erti gembira,
pernah kanda mendengar suara
gadis bergelar irama,
dinda yang satu.

-Saturday, 23rd April 2005

_______________________________________________________

Word Of The Wolf today is maudlin \MAWD-lin\,

adjective:
Tearfully or excessively sentimental.

"A maudlin poem is difficult to approve of, but harder still if it were written from the heart."

_________________________________________________________
Maudlin is an alteration of (Mary) Magdalene, who in paintings was often represented with eyes red and swollen from weeping.


1 Osservasioni:

Blogger Cindai couldn't refrain from sayin...

Kisah seorang jejaka yang dihujani perasaan rindu pada seorang insan bergelar kekasih yang cintanya tidak bersimpul...

pengajarannya...

Memori adalah untuk dikenang bukan untuk di ulang...

Cinta yang tiada akhir dan penyudahnya hanyalah pada Allah yang satu...

Sahabat ku SeIslam….

Madah Pujangga ada berkata :-

“Di dalam menempuh jalan hidup janganlah mencuba menjarak dari Tuhan, sebab kendati yang sebenarnya terletak ditangannya. Betapa pun kita memegang kemudi bahtera menuju pelabuhan yang dicita-citakan, Namun yang menentukan arah angin adalah Dia.

Sebelum sampai ketempat perhentian janganlah lekas puas dan gembira jika nasib selamat. Tetapi bersyukurlah! Dan jika angin ribut menggoncangkan bahtera sehingga seakan-akan tiang akan patah, janganlah bergoncang jiwamu, sebab sesudah angin ribut itu alam akan terang kembali sebab itu hendaklah sabar.

Imbangan pelajaran hidup adalah diantara syukur dan sabar. Perhitungan laba dan rugi bukanlah ditengah perjalanan tetapi di tempat perhentian akhir.

-Wallahua’alam-

domenica, maggio 01, 2005 1:05:00 AM  

Posta un commento

<< Den Proper